Hai teman-teman,anyeong chinguya hari ini Ej akan bercerita tentang sebuah
pulau dengan masyarakat yang mayoritasnya adalah beragama Protestan namun
memiliki toleransi beragama yang sangat indah. Kenapa saya menyebutnya dengan
indah, karena saat kamu melihat bagaimana mereka bisa hidup harmonis dan saling
menghargai bahkan sangat menghargai agama lain yang minoritas disana, hal yang
kamu rasakan adalah damai dan indah.
Ada satu pengalaman yang membuat saya sangat kagum dengan toleransi yang
mereka miliki, membuat saya merasa begitu dihargai dan hal itu benar-benar
menjadi kebaikan yang sangat membekas dan pembelajaran yang akan selalu saya
ingat. Siang itu sebelum pulang sekolah salah satu guru yang ada disekolah saya
mengundang untuk datang ke acara peringatan 40 hari meninggalnya orang tua dari
guru tersebut, dan karena saya adalah orang baru disana mungkin baru sekitar 2
minggu saya berada disana dengan masyarakat yang mayoritas beragama protestan
sebagai seorang muslim hal pertama yang saya pikirkan adalah tentang
makanannya. Seperti yang kita tahu ketika teman-teman beragama nasrani
mengadakan acara salah satu hidangan yang disediakan adalah Babi yang notabene
bagi seorang muslim haram untuk dimakan.
Meski sedikit ragu namun sebagai orang baru tidaklah baik menolak undangan
dari masyarakat disana, sebagai pembelajaran untuk kalian yang akan menetap di
lokasi baru kalian haruslah bisa menyesuaikan diri dimanapun kalian berada,
karena tempat baru itulah yang akan menjadi rumah kalian, orang-orang disanalah
yang akan menjadi keluarga kalian maka kalian harus tau bagaimana menempatkan
diri kalian. Sayapun mengiyakan undangan dari guruku tersebut, walau masih
berpikir makanannya gimana ya, namun saya mencoba untuk ya sudah yang penting
datang dulu.
Malam itu saya pergi menuju tempat dimana acara diadakan, namun setibanya
di lokasi ada yang membuat saya sedikit kaget namun bahagia. Setibanya saya
disana ada yang menyambut saya dan berkata “Enci, Meja muslim di sebelah sana (sembari menunjukan tempat duduk yang terpisah dari meja utama, tempat babi
guling akan diletakkan)”. Seketika saya tersenyum dan berterimakasih kepada
orang tersebut.
Saya duduk disana bersama dua adik perempuan yang menjadi keluarga saya
selama disini, yang saya ajak ke acara tersebut karena saya masih belum tau
rumah dan lokasi acara diadakan. Sedikit bercerita tentang mengapa saya berada
disini, saya menjadi seorang guru selama satu tahun karena mengikuti salah satu
program pemerintah untuk mengajar di daerah terdepan, terluar, dan tertinggal
selama satu tahun karena itulah saya berada disini. Selama menjadi guru disini saya
memiliki keluarga angkat, yang terdiri dari mama, papa dan kedua adik perempuan
saya Nita dan Nona. Kedua adik perempuan saya inilah yang sering menemani saya,
mereka ikut duduk di meja saya meski mereka adalah nasrani karena mereka tahu
jika saya sendiri yang kemeja muslim ini saya tidak memiliki teman untuk
bercerita karena saya adalah orang baru disini.
Sembari bercerita ada hal lain yang membuatku semakin takjub dengan tempat
ini yaitu perkataan bahwa:
“Kalau disini ada acara jangan khawatir enci, setiap ada kegiatan makanan
untuk tamu muslim dimasak oleh mereka yang beragama islam juga”
“Disini ada desa Rarang namanya, desa orang-orang yang beragama islam enci
jadi jika ada yang akan mengadakan acara biasanya mereka meminta bantuan orang
disana untuk memasak makanan yang dikhususkan untuk tamu yang beragama islam”
“karena kuali bekas memasak babi tidak boleh kan enci untuk memasak makanan
bagi orang islam, walaupun sudah dicuci karena masih ada bekas babinya kan disana”.
Meski sedikit kaget, aku menjawa ia (sambil berpikir bagaimana mereka bisa
tahu hal sedetil ini tentang makanan bagi orang muslim).
Note : Enci adalah panggilan untuk guru perempuan yang masih muda.
Mendengar hal tersebut betapa takjubnya saya dengan mereka semua, bagaimana
mereka bisa tau hal itu. Saya begitu terharu dan hampir menangis karena
menemukan bagaimana mereka begitu menghargai agama lain yang notabene minoritas
disana, rasa terimakasih dan rasa bahagia memenuhi hati saya kala itu. Saya bersyukur
tuhan menempatkan saya di tempat ini, tempat dimana saya menemukan banyak
pembelajaran baru tentang makna menghargai dan toleransi yang sebenarnya. Tempat
ini mengajarkan saya, bagaimana damainya saat kita saling menghargai dan
menghormati, mencintai dalam perbedaan dan mengasihi tanpa memandang ras dan
agama.
Hal yang terjadi malam itu memiliki kesan yang sangat dalam bagi saya,
sebagai orang baru saya tak merasa asing disana mereka benar-benar seperti
keluarga. Mereka mengajarkan hal berharga pada saya dan hal yang saya temukan
disana akan saya ceritakan kemanapun saya pergi. Talaud dan Toleransinya, mari
kita belajar dari mereka.
Masih banyak pengalaman lain yang saya dapatkan tentang indahnya toleransi
disini dan akan saya ceritakan pada blog selanjutnya. Sampai jumpa...
No comments